Masyarakat Dayak Iban di Sui Utik, Kalimantan Barat saat ini bisa menikmati energi mandiri karena mendapatkan akses listrik yang terdesentralisasi. Greenpeace Indonesia dan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) menjalankan sebuah proyek percontohan energi mandiri bagi masyarakat adat di lokasi-lokasi terpencil seperti Sui utik melalui program bernama Enter Nusantara. Proyek pertama yang dilakukan adalah Lentera Sui Utik, yang bertujuan untuk memberikan akses listrik kepada masyarakat di Sui Utik.
Energi Terbarukan Untuk Sui Tik
Inisiatif energi terbarukan dimulai dengan 13 panel surya yang dipasang di Rumah Panjang, rumah adat bagi masyarakat Dayak, yang berkapasitas total 1300 WP. Pemasangan panel surya ini juga bertujuan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Selama ini, masyarakat Sui Utik tidak mendapatkan akses listrik dari negara. Untuk penerangan, mereka hanya mengandalkan lampu minyak atau mesin diesel yang terbatas memberi penerangan pada malam hari.
Selain melakukan pemasangan panel surya, Greenpeace dan AMAN juga telah mengadakan peningkatan kapasitas masyarakat dengan pelatihan pemasangan dan pemeliharaan perangkat panel surya. Tidak hanya itu, berbagai informasi kampanye tentang energi terbarukan, kondisi kelistrikan di Indonesia, juga dibagikan oleh tim Enter Nusantara.
“Selain menyampaikan pesan yang kuat untuk tercapainya keadilan energi bagi masyarakat adat, ENTER Nusantara juga bertujuan untuk membangun kemandirian energi. Hal ini diharapkan dapat memicu berkembangnya sektor lain seperti ekonomi, pendidikan juga kesehatan di kalangan masyarakat adat”, ujar Abdon Nababan, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia mengatakan, “Desentralisasi energi terbarukan adalah solusi untuk mencapai 100% akses listrik untuk semua warga negara Indonesia. Hal ini tidak hanya melindungi lingkungan Indonesia dan akan menciptakan lapangan kerja tetapi juga memiliki efek positif pada mitigasi perubahan iklim, dimana Indonesia sangat rentan terhadap ancaman global ini”.
“Pemanfaatan besar-besaran energi terbarukan harus dimulai sekarang. Potensi energi terbarukan sangat melimpah di Indonesia, dan potensi kelimpahan energi panas bumi mencapai 40% dari total cadangan di dunia. “Namun, data pemerintah menunjukkan bahwa penggunaan energi terbarukan di Indonesia baru mencapai angka 5% sementara 95% lainnya, masih digantungkan pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara, yang cadangannya semakin menipis dan tak begitu lama lagi akan segera habis”, kata Dian Elvi, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.
Kondisi geografis Indonesia, dan sistem listrik nasional yang terpusat seperti saat ini, membuat paling tidak sepertiga masyarakat Indonesia belum dapat menikmati listrik dari negara. Saat ini, generator diesel –yang mahal dan sangat tergantung kepada suplai bahan bakar minyak fosil yang kotor menjadi satu-satunya sumber listrik bagi masyarakat di kawasan terpencil. Energi terbarukan yang aman dan bersih tersedia berlimpah di Indonesia. Sumber energi tenaga angin, air dan matahari bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif, keberadaannya sangat mudah ditemui di berbagai pelosok negeri ini.
(Sumber: Siaran pers Greenpeace)