Investor tenaga surya- Pembangkit listrik tenaga surya merupakan sumber energy terbarukan yang terus dikembangkan di Indonesia. Pengembangan tenaga surya di Tanah Air mampu menarik peluang investasi hingga US$ 57,5 miliar. Tarif pembangkit listrik tenaga surya tercantum dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 19 Tahun 2016 tentang Pembelian Listrik Tenaga Surya Fotovol-taik oleh PT PLN (Persero). Tarif baru listrik dari PLTS berkisar antara US$ 14 hingga US$ 25 per Kilo Watt Hour. Penetapan tarif listrik itu memberikan kepastian usaha pembuatan PLTS di dalam negeri dan menciptakan industri pendukung pembuatan pembangkit listrik tenaga surya. Anggota Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI) Abdul Rholik mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mendorong energi terbarukan khususnya PLTS yang berbasis pada peningkatan kemampuan industri dalam negeri.
Sampai hari ini kerjasama dengan investor, pengembang maupun pemerintah daerah terus dikembangkan baik itu dalam sektor pembangunan pabrik di Indonesia, memanfaatkan atap gedung, memanfaatkan lahan kosong atau marginal untuk dipasang PLTS agar lebih produktif. Pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia cukup pesat. Rata-rata per tahun kebutuhan listrik dalam negeri meningkat sekitar tujuh persen. Insentif tersebut telah diberikan sejak pertengahan tahun lalu melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2013. Peraturan itubisa menjadi kabar gembira bagi para investor. Sebab, harga jual listrik PLTS Fotovoltaik yang wajib dibeli PLN mengikuti harga patokan tertinggi. Meskipun harga listrik dari PLTS fotovoltaik memang relative tinggi. Namun jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak dari pembangkit listrik tenaga diesel, harga ini masih lebih murah. Ini merupakan momentum yang cukup prospekttif bagi pengembangan tenaga solar di Indonesia. Karena pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia yang terus meningkat juga akan membawa dampak signifikan bagi investasi energi surya dalam negeri. Pemerintah menargetkan 200 GW produksi listrik dalam 15 tahun mendatang. Dengan pemanfaatan energi terbarukan setidaknya sepuluh persen dari jumlah itu, maka menunjukan prospek yang baik bagi investasi tenaga surya.
Tingginya minat dan antusiasme para investor tenaga surya dalam mengembangkan energy terbarukan tenaga surya ini juga memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan pembangkit listrik tenaga surya. Bahkan beragam perangkat berbasis tenaga surya juga ini telah banyak digunakan baik untuk personal maupun korporasi bahkan pemerintah, sebagai contoh adalah penerangan jalan umum tenaga surya yang saat ini bisa dengan mudah Anda temukan di jalan-jalan baik jalan di desa terpencil yang memang jauh dari jangkauan listrik PLN maupun di kota-kota besar. Berbagai inovasi juga terus bermunculan untuk memperkenalkan aneka perangkat berbasis tenaga surya baik itu yang bersistem off grid maupun on grid. Off Grid yakni sistem yang komponen utama tipe ini umumnya terdiri dari Solar cell atau Panel Surya, Controller, Baterai dan Inverter. Sistem ini bersifat independen atau dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari energy listrik PLN. Sedangkan on Grid atau grid Tie adalah sistem yang masih memerlukan jaringan PLN, namun pengaplikasian on grid ini dapat membantu untuk meningkatkan efisiensi penggunaan listrik hingga berkali-kali lipat.
Perkembangan pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia memang terbilang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi ini juga didukung oleh berbagai faktor, tidak terkecuali juga kesediaan para investor tenaga surya dalam mengucurkan dana untuk pengembangan tenaga surya.